Daily Archives: December 28, 2010

LENONG HUJAN

Kisah menyungging senyum tak cuma muncul di arena lawak atau panggung komedi. Romansa itu hadir siang ini, saat hujan perlahan memeluk bumi dengan rintiknya. Dengan pemeran utamanya adalah permaisuri uda, yang kali ini tampil sangat melankolis, dengan payung ungu dan jaket abunya.

—-

dansa payung

Uda tatap keluar masjid, hujan seperti tak hendak berhenti. Masih turun dengan girangnya membawa kasih sayang dari Rabb-nya. Beberapa bapak yang beruntung membawa payung, sudah berlalu pulang. Timbul harapan permaisuri uda hadir bersama payung ungunya. Hujan rintik-rintik dan payung adalah pasangan serasi. Pasti, romantis sekali. Berdansa dibawah payung dengan latar irama rerintik hujan.

Uda gulung kelopak bawah celana setinggi betis. Lalu uda berlari menyibak gerimis. Di depan gang, uda kembali berteduh sejenak. Mengamati binar hujan yang mulai mereda.

—-

Permaisuri uda gelisah melihat payung masih berada di tempatnya. Diluar, bunyi hujan cukup deras untuk membuat suaminya [uda-red] kuyup. Dikenakannya jaket abu-abu milik uda. Setelah membentang payung ungu, ia berjalan menuju masjid demi menemui uda.

—-

Uda singgah di minimarket kecil depang gang kontrakan. Uda masuk dan mencari susu kedelai untuk permaisuri.Lalu beberapa saat setelahnya, bak adegan sinetron, permaisuri uda lewat di sebelah minimarket.  Selesai transaksi, uda menuju kontrakan menggenggam bungkusan berisi susu kedelai.

—-

Sampai di masjid, mata permaisuri uda menjelajah satu persatu, sandal yang parkir di teras masjid.  Ia tak melihat sandal uda disana. Lalu sejarah berulang. Persis serupa sebagaimana mama uda. Dulu, ketika uda  masih bergelut di SMA.  Menjelang malam dan uda belum pulang ke rumah, mama akan menelepon semua teman uda. Bagai orang hilang, uda dicari kesana kemari.

Permaisuri uda masih penasaran. Ia putuskan melangkah masuk ke dalam masjid. Celingak-celinguk sebentar. Lalu ia dihampiri seorang bapak yang sedari tadi heran melihat gelagatnya. “Ada apa, neng?” Permaisuri uda gelagapan. “Ini Pak, em..saya nyari suami saya” Bapak paruh baya kocak ini tertawa kecil mendengar pertanyaan polos itu. Dengan suara agak keras, ia menanyakan dengan nada canda pada teman-temannya di dalam masjid , “Ada yang merasa kehilangan istri, disini?”.

Jika ada yang tertawa, mudah-mudahan tidak seperti tawa uda saat mendengar cerita ini dari permaisuri uda ketika sudah sampai di kontrakan. Sebuah tawa yang juga disambut tawa oleh permaisuri uda. 🙂