LENONG HUJAN

Kisah menyungging senyum tak cuma muncul di arena lawak atau panggung komedi. Romansa itu hadir siang ini, saat hujan perlahan memeluk bumi dengan rintiknya. Dengan pemeran utamanya adalah permaisuri uda, yang kali ini tampil sangat melankolis, dengan payung ungu dan jaket abunya.

—-

dansa payung

Uda tatap keluar masjid, hujan seperti tak hendak berhenti. Masih turun dengan girangnya membawa kasih sayang dari Rabb-nya. Beberapa bapak yang beruntung membawa payung, sudah berlalu pulang. Timbul harapan permaisuri uda hadir bersama payung ungunya. Hujan rintik-rintik dan payung adalah pasangan serasi. Pasti, romantis sekali. Berdansa dibawah payung dengan latar irama rerintik hujan.

Uda gulung kelopak bawah celana setinggi betis. Lalu uda berlari menyibak gerimis. Di depan gang, uda kembali berteduh sejenak. Mengamati binar hujan yang mulai mereda.

—-

Permaisuri uda gelisah melihat payung masih berada di tempatnya. Diluar, bunyi hujan cukup deras untuk membuat suaminya [uda-red] kuyup. Dikenakannya jaket abu-abu milik uda. Setelah membentang payung ungu, ia berjalan menuju masjid demi menemui uda.

—-

Uda singgah di minimarket kecil depang gang kontrakan. Uda masuk dan mencari susu kedelai untuk permaisuri.Lalu beberapa saat setelahnya, bak adegan sinetron, permaisuri uda lewat di sebelah minimarket.  Selesai transaksi, uda menuju kontrakan menggenggam bungkusan berisi susu kedelai.

—-

Sampai di masjid, mata permaisuri uda menjelajah satu persatu, sandal yang parkir di teras masjid.  Ia tak melihat sandal uda disana. Lalu sejarah berulang. Persis serupa sebagaimana mama uda. Dulu, ketika uda  masih bergelut di SMA.  Menjelang malam dan uda belum pulang ke rumah, mama akan menelepon semua teman uda. Bagai orang hilang, uda dicari kesana kemari.

Permaisuri uda masih penasaran. Ia putuskan melangkah masuk ke dalam masjid. Celingak-celinguk sebentar. Lalu ia dihampiri seorang bapak yang sedari tadi heran melihat gelagatnya. “Ada apa, neng?” Permaisuri uda gelagapan. “Ini Pak, em..saya nyari suami saya” Bapak paruh baya kocak ini tertawa kecil mendengar pertanyaan polos itu. Dengan suara agak keras, ia menanyakan dengan nada canda pada teman-temannya di dalam masjid , “Ada yang merasa kehilangan istri, disini?”.

Jika ada yang tertawa, mudah-mudahan tidak seperti tawa uda saat mendengar cerita ini dari permaisuri uda ketika sudah sampai di kontrakan. Sebuah tawa yang juga disambut tawa oleh permaisuri uda. 🙂

77 thoughts on “LENONG HUJAN

    1. reedai313 Post author

      ayo, Gan…
      tulisan tentang istri paling cepet kok nyeleseinnya..
      Ide2 bakal mengalir lancar
      Ni, kemarin nulisnya sekitar 15 menit doang…

      ditunggu tulisan antum tentang istri antum…
      😀

      Reply
  1. alipejuang

    Merasa ‘curiga’ bahwa uda pun lupa punya istri..dan seketika membayar di kasir bingung,,,sebenarnya susu ini kubeliin buat siapa ya???
    zzz.zzzzzz….

    Reply
  2. agung

    mantap da,,
    jadi ngiri, terlepas dari ga ketemu di masjid, tapi pengertiannya untuk bawain payung dan njemputnya itu lho… 🙂
    Alhamdulillah da..

    Reply
    1. reedai313 Post author

      iya, bener2 bersyukur mbak…
      😀

      tapi takut juga nih..
      katanya kan kalo brsyukur akan ditambahkan nikmatnya..
      nanti kalo ditambahin lagi istri, gmn?
      waduh2….

      hehehe..
      bcanda mbak..

      Reply
    1. reedai313 Post author

      jazakillah…
      sudah mau menyambut undangan uda..
      mudah2an tetep bisa produktif, y…
      salam akan disampaikan [kalau inget-red]
      hehehe…

      Reply
  3. Pingback: Jalan-jalan Sore « Fajar Baru

    1. reedai313 Post author

      aamiiiiin, ya Allah..
      semoga yang dibayangkan mbak fajar ini menjadi kenyataan…
      suami romantis dan ayah penuh kasih, amin-amin…
      🙂

      Reply
  4. sedjatee

    sebuah kehormatan bisa membaca tulisan ini
    harus diakui, inilah kekuatan kata-kata uda
    kreatif, liar and lengkap imajinasinya
    maju terus Pak Etek…

    sedj

    Reply
    1. reedai313 Post author

      sebuah kebanggaan bisa dibaca dan dikomentari sedemikian rupa oleh maestro..
      oke, pak uwo…
      semangat..
      mudah2an gak hiatus terus nih ane..

      Reply
  5. permaisuri Uda

    malu bercampur sebal diketawain bpk2 itu
    sempat mikir pa mungkin di masjid lain
    tp kayaknya ga mungkin
    trus kemana?
    bingung
    malah ketemu di rumah
    hmm
    bener2 serasa jd pemain sinetron hari itu
    hihihi
    makasih persembahan karyanya ya Da…
    makasih jg buat yg udah komen
    semoga terhibur
    :p

    Reply
  6. Zippy

    Hhahaha…ngakak deh bacanya.
    Bisa gitu yah, hihihiih…
    *senyam-senyum sendiri 😀
    Jadi, selama ini kisah yang ada di sinetron diangkat dari kisah nyata, hahahha…

    Reply
  7. Erlin Fitriyanti

    #perut saya kram krn kebanyakan ketawa#
    akan tambah lucu kalo ada adegan uda dan sang istri berlari..lari seperti pilem2 india,sambil teriak
    istri:udaaaaa…
    uda:dinda….
    #korban film#
    🙂 salam kenal da

    Reply
  8. dheeasy

    Hujan itu romantis…
    Hujan itu menyejukkan..
    Membaca kisah romantis, menyejukkan hati, tapi diujungnya
    “ada yang kehilangan istri??” bikin senyum-senyum sendiri…

    _salam kenal 🙂 _

    Reply

Leave a comment